Jantung tak Terlatih Picu 'Serangan' Usai Olahraga



Serangan jantung bisa menyerang siapa dan kapan saja. Tidak hanya terjadi saat terkejut, terlalu lelah atau terlalu stres juga dapat memicu timbulnya serangan jantung.

Hampir semua orang terkejut mendengar kabar kematian Adjie Massaid. Selama hidupnya, almarhum dikenal sebagai sosok yang gemar berolah raga sehingga selalu tampil bugar di hadapan publik. Lantas, bagaimana serangan jantung bisa dengan begitu mendadak menyerang?

Tidak sedikit pula kasus serangan jantung menyerang mereka yang terlalu mengumbar tenaga dalam melakukan aktivitas olahraga. Ketahuilah gejala-gejala umum serangan jantung, seperti nyeri pada otot, sesak nafas, kelelahan, jantung berdebar serta mengalami pusing hingga pingsan.

Serangan jantung yang timbul usai berolahraga itu, menurut dr.Grace Tumbelaka, Sp.OK, biasanya terjadi pada orang yang punya risiko penyakit jantung, atau pada mereka yang jantungnya tidak terlatih namun nekat berolahraga.

"Coba perhatikan orang-orang yang mengalami kematian mendadak itu, biasanya mereka sudah tidak muda lagi dan karena kesibukannya tidak bisa menyempatkan olahraga secara rutin," papar dr.Grace, ahli kedokteran olahraga.

Grace menambahkan, setiap olahraga permainan, seperti basket, sepak bola, tenis, atau futsal, memiliki sifat yang hampir sama. "Yang menyebabkan serangan jantung adalah karena jantungnya tidak terlatih. Kalau seseorang sudah biasa olahraga sejak muda, tidak terputus, dan rutin melakukan tiga kali seminggu, maka mengalami efek akibat olahraga lebih kecil," katanya.

Karena itu, ia menyarankan agar setiap orang yang sudah berusia 40 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan jenis latihan yang tepat. "Di usia ini rata-rata orang punya risiko penyakit jantung," imbuhnya.

Grace mengungkapkan, setiap tahapan usia memiliki tingkat latihan dan porsi tersendiri, terutama intensitasnya.

"Saat berolahraga, kebutuhan jantung akan oksigen meningkat dan jantung akan memompa lebih keras lagi. Jika sebelumnya sudah ada sumbatan di pembuluh darah, ini bisa membuat kebutuhan oksigen jantung tidak tercukupi," kata dokter yang pernah menangani tim Pelatnas PBSI ini.

Bagi mereka yang telah berusia paruh baya, pemeriksaan prepartisipasi wajib dilakukan. "Pemeriksaan ini sekarang baru dilakukan para atlet, padahal ini bisa dilakukan semua orang untuk menentukan jenis olahraga yang tepat," paparnya.

Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, olahraga seharusnya dilakukan dengan tepat dan diawasi sehingga tidak berlebihan.


Penelitian menunjukkan, prosentase pengidap penyakit jantung yang memiliki riwayat faktor risiko tertentu itu sangat tinggi. Faktor risiko itu termasuk gaya hidup dan karateristik tertentu dari keluarga.

Sementara itu, dokter senior Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Mardjo Subandono menjelaskan, serangan jantung sangat berkaitan dengan gaya hidup seseorang.

"Orang yang terlihat bugar belum tentu sehat. Mereka yang tidak pernah memiliki riwayat sakit jantung juga belum tentu memiliki kondisi jantung yang baik. Olahraga saja tidak cukup tanpa disertai kebiasaan makan yang sehat," kata dokter yang pernah menangani kesehatan Presiden Soeharto itu.

"Intinya serangan atau penyakit jantung bisa dicegah dengan makanan sehat, sayur banyak, olahraga teratur, dan mengurangi lemak jahat," jelas dr. Mardjo.

Sebagai tindakan pencegahan, Mardjo menyarankan lima makanan sehat yaitu makanan berwarna merah, putih, hijau, kuning dan hitam. Di antaranya tomat, gandum atau nasi, green tea, wortel. Sementara olahraga, minimal lari pagi tiga kali seminggu selama 30 menit.

Usai makan, juga disarankan berjalan-jalan selama setengah jam agar lemak tidak menumpuk dan segera terbakar.

"Kemudian dengan cara sederhana, setiap bangun tidur coba memiringkan badan ke kanan selama setengah menit sebanyak tiga kali, lalu ke kiri setengah menit juga tiga kali," ujarnya.

Namun yang paling penting, check-up kesehatan kardiovaskuler secara rutin. Ini untuk mendeteksi kondisi jantung, risiko penyempitan pembuluh darah, atau gangguan kardiovaskuler lain.

"Timbunan lemak yang masuk ke tubuh tidak bisa diketahui kalau tidak pernah check-up," sarannya.